Wednesday, December 8, 2010

Peringatan Perang Badar Al-kubra.. Marilah Menjadi Pasukan Badar

3/9/2010 | 24 Ramadhan 1431 H | 1,073 views
Oleh: Muhammad Badi

Risalah dari Prof. DR. Muhammad Badi Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 27-08-2010

Bismillah dan segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw, serta keluarga dan para sahabatnya dan orang-orang mendukungnya..
Pada saat ini kita memperingati perang badar kubra, hari penentuan dan pemisahan antara yang hak dan bathil, hari kemenangan bagi jamaah Islam yang minoritas (sedikit jumlah pasukan dan alat perangnya) atas para pemuka Quraisy yang berada dalam kezhaliman dan keangkuhannya. Dari peristiwa sebagai tonggak  mengakar dan kokohnya pendirian Negara Islam, dan secara nyata terbentuk negara Islam yang kuat dan tidak ada tempat untuk menghadangnya, sementara para pemuka Quraisy dan pasukannya mendapatkan ajalnya dalam kejahatan dan kesombongan serta keangkuhannya.
Pada peringatan yang penuh berkah ini kita berhenti sejenak melihat dan memandang kondisi dan situasi umat Islam yang berada dalam kondisi lemah, sambil bertanya-tanya: mungkinkah kita menjadi pasukan Badar sebagaimana yang telah diraih oleh para sahabat saat itu, sehingga Allah melihat kita dengan penglihatan kasih sayang dan ridha-Nya dan dapat memenangkan peperangan sebagaimana yang telah diraih oleh para sahabat?
Inisiatif dan Kesiapan
Sebagian umat merasa ringan memenuhi seruan Rasulullah saw pada saat beliau bersabda dihadapan sahabatnya: Ini adalah kafilah Quraisy di dalamnya terdapat harta yang berlimpah maka keluarlah semoga Allah SWT memberikan kemenangan untuk kalian” saat itu umat terbagi dua, sebagian mereka ada yang bersegera menyambutnya dan sebagian lainnya merasa berat , karena mereka tidak menduga sebelumnya bahwa akan berhadapan dengan tipu daya, namun pasukan Quraisy hampir selamat dari incaran, dan kembali melakukan serangan balik untuk menghancurkan jamaah muslimah, dan sebagai keputusan akhir dan tidak ada pilihan lain terjadilah perang, lalu nabipun bermusyawarah dan meminta pendapat dengan para sahabatnya, dan pada saat itu Saad bin Muaz pemimpin Aus berseru:
لقد آمنّا بك وصدقناك، وشهدنا أن ما جئت به هو الحق، وأعطيناك على ذلك عهودنا ومواثيقنا على السمع والطاعة لك، فامض يا رسول الله لِما أردت، فنحن معك، فوالذي بعثك بالحق لو استعرضت بنا البحر فخضته لخضناه معك، ما تخلف منا واحد، وما نكره أن تلقى بنا عدونا غدًا، إنا لصُبر في الحرب، صُدق عند اللقاء، لعل الله يريك منا ما تقر به عينك، فسِرْ على بركة الله
“Sungguh kami telah beriman dan percaya kepada engkau, dan kami bersaksi bahwa yang engkau bawa adalah benar, dan engkau berikan kepada kami janji dan ikrar untuk senantiasa mendengar dan taat kepadamu, maka pergilah engkau wahai Rasulullah sesuai dengan keinginanmu dan kami akan senantiasa bersamamu. Demi Zat yang telah mengutusmu dengan benar sekiranya engkau mengajak kami melintasi lautan maka kami akan tetap ikut bersamamu melintasinya dan tidak ada seorangpun diantara kami yang tertinggal, dan kami tidak suka bertemu dengan musuh kami pada esok hari, kami akan bersabar dalam perang, jujur pada saat bertemu (perang), semoga Allah akan memperlihatkan dari kami apa yang menjadi idamanmu, berjalanlah meraih berkah Allah”.
Ini merupakan penggalan yang sangat diinginkan oleh Rasulullah saw saat nabi bersabda:
رجل آخذ بعنان فرسه كلما سمع هيعة طار إليها
“Seseorang yang mengambil pelana kudanya, bersiap diri, setiap kali mendengar seruan maka langsung naik mengendarainya”.
Sekiranya sebagian dari umat Islam yang terlambat untuk pergi ke medan menyadari bahwa perang besar melakukan pasukan musyrik akan terjadi dan sejarah akan mencatatnya pada saat peristiwa tersebut, dan pintu-pintu langit akan terbuka untuk menurunkan malaikat dan ikut berperang bersama orang-orang beriman, dan mengangkat nyawa para syuhada ke atas langit…, sekiranya mereka menyadari itu maka tidak ada seorangpun merasa berat untuk  memenuhi panggilan.. beruntunglah orang-orang yang bersedera menyambutnya
وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ .  أُوْلَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ
“Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah”. (Al-Waqi’ah:10-11)
Adapun yang tertinggal sungguh besar kerugian yang diterima; karena kehilangan mulianya kontribusi dalam perang badar, dan disifati sebagai “Badari” sebagaimana yang disibutkan oleh para ulama setelahnya; bahwa sifat itu dijamin mendapat ampunan dari dosa-dosa, seperti halnya yang dilakukan oleh Hatib bin Abi Balta’ah yang berani menyebarluasakan strategi umat Islam pada saat penaklukan kota Mekah lalu Umar minta izin kepada nabi untuk memenggal lehernya, maka nabi saw bersabda:
إِنَّهُ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ اللَّهَ اطَّلَعَ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ
“Bahwa dirinya ikut perang badar, dan engkau tidak mengetahui bahwa Allah telah mengampuni para pejuang badar, dan Allah berfirman: Lakukanlah sekehendak kalian, karena Aku telah mengampuni kalian”. (Muttataqun alaih)
Dan jadilah orang yang tidak ikut perang Badar seperti mendapat siksaan dalam dirinya, memandang dirinya kurang karena tidak mendapatkan ampunan kecuali benar dalam meminta syahadah saat terjadi jihad setelahnya… diantara mereka terdapat Anas bin Nadar yang pernah berkata: “Sekiranya Allah mempertemukan saya dengan perang lainnya –setelah ini- bersama Rasulullah saw maka aku akan perlihatkan bagaimana saya melakukan yang terbaik, dan dirinya enggan mengucapkan ungkapan lainnya; karena etika dihadapan Allah dan wara’, maka beliaupun ikut berperang Uhud sehingga menemui syahadahnya, karena itulah dan bersama dengan sahabat lain Allah menurunkan Ayat:
مِنْ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)”. (Muttafaqun alaih)
Kelemahan tidak selalu membuat orang beriman berhenti mencari kemuliaan
umat Islam pada masa awal tidak berencana perang kecuali hanya menghadang kafilah dagang Quraisy yang menjadi konfrontasi perang besar, karena jumlah mereka hanya sekitar 300 orang, dan bersama mereka 70 unta; tidak ada di dalamnya pengendara kuda kecuali dua orang saja, sementara yang lain berjalan kaki.. dan mereka sebagaimana yang disebutkan oleh nabi saw dalam doanya:
اللَّهُمَّ إِنَّهُمْ حُفَاةٌ فَاحْمِلْهُمْ اللَّهُمَّ إِنَّهُمْ عُرَاةٌ فَاكْسُهُمْ اللَّهُمَّ إِنَّهُمْ جِيَاعٌ فَأَشْبِعْهُمْ
“Ya Allah mereka berjalan kaki, maka bawalah mereka, miskin maka buatlah mereka kaya, dan lapar maka berilah makan kepada mereka”..
Namun kondisi berubah, yang mana mereka tidak siap sama sekali; kafilah telah selamat, dan mendapati diri mereka menghadapi pasukan quraisy yang lebih banyak jumlahnya dari mereka 3 kali lipat, apakah menghadapi tantangan atau mundur yang tidak sama sekali mereka perkirakan, atau tidak terpengaruh dengan ajakan dan tidak mengindahkannya karena besarnya pasukan quraisy, tidak ikut perang yang telah diwajibkan atas mereka, tidak memilih waktu itu dan ditempat itu… namun mereka memilih perang bukan mundur, mengambil jihad yang ditentukan atas mereka bukan lari menghindar.
Ketahuilah betapa banyak argumen para pengecut yang mendahulukan jalan selamat di setiap posisi dan kondisi, dan memakai kepengecutan dan ketakutan sebagai pakaian yang penuh hikmah, tanggung jawab dan kehati-hatian, dan argumen tersebut jika diterima oleh umat Islam, maka dalam kondisi baru sebagai darurat, imperatif dan alasan, namun mereka lebih suka bertemu orang-orang kafir dalam perang, dan Allah menentukan itu semua pada mereka dan dialah sebaik-baik pemberi keputusan… baik kemenangan yang diraih oleh orang-orang yang terdesak, tertekan dan miskin atau syahadah lalu dibukakan pintu-pintu surga untuk mereka, mendapatkan nikmat di dalamnya berupa keridhaan Allah kekal dan tidak akan pernah putus serta tidak akan pernah berubah selamanya.
Tarbiyah melalui takdir ilahi yang Maha Bijaksana
Umat Islam pada awalnya tidak menginginkan perang; seperti dinyatakan dalam Firman Allah:
وَإِذْ يَعِدُكُمْ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ. لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ. إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنْ الْمَلائِكَةِ مُرْدِفِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir, agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya. (ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut”.
Sungguh pilihan Allah bagi umat Islam adalah yang terbaik daripada pilihan mereka sendiri, mereka menginginkan kafilah sebagai ganti dari apa yang hilang dari mereka seperti harta yang mereka tinggalkan] di Mekah, dan Allah menginginkan lain; agar menjadikan kemenangan besar atas pasukan musyrik, dan menentukan bagi umat Islam di dalamnya lembaran sejarah yang menakjubkan dalam catatan sejarah yang panjang, dan mentarbiyah umat melalui takdir ilahi dan ketentuan yang ada pada Zat Allah SWT.
Qiyadah yang mengedepankan syura dan keadilan
Bahwa Nabi saw lebih banyak bermusyawarah dengan para sahabatnya, dan hal tersebut merupakan penopang wahyu, dan beliau telah mentarbiyah para sahabatnya atas hal tesebut dengan penuh keyakinan bahwa mereka mampu mengemban amanah risalah, berpartisipasi dalam tanggung jawab untuk itu, memahami perbedaan antara infalibilitas penyampaian risalah, kondisi perang dan tipu daya, seperti yang terjadi pada diskusi Habbab bin Mundhir dengan Rasulullah saw, beliau (Habbab) ingin mengganti tempat tinggal pasukan di tempat lain yang lebih cocok dan sesuai dengan kondisi pada saat perang; begitu pula diskusi Saad bin Muadz dengan Rasulullah saw, dengan membolehkan umat Islam membangun singgasana untuk nabi saw, untuk memimpin perang darinya, dan Nabi saw menerima diskusi dan usulan dari keduanya ketika tampak kebenaran dan masuk akal dari keduanya, dan sama sekali tidak merasa malu dan keberatan .. demikianla sejatinya qiyadah mu’minah yang membuka jalan ideology (nalar) untuk berfikir dan berinovasi serta berkreasi, dan kepada lidah untuk berbicara dan memberikan usulan, masukan dan kepuasan.
Dalam tubuh pasukan hanya terdapat tujuh puluh unta yang mengiringinya, tiga orang hingga empat saja yang bisa mengendarainya, bergantian antara satu dengan yang lainnya, karena itu Rasulullah saw dengan dua orang lainnya saling bergantian mengendarai unta, dan nabi menampakan persahabatan dengan berjalan kaki dan mengendarai unta, lalu nabi pernah bersabda:
مَا أَنْتُمَا بِأَقْوَى مِنِّي وَلَا أَنَا بِأَغْنَى عَنْ الْأَجْرِ مِنْكُمَا
“Tidaklah kalian berdua lebih kuat dari aku, dan aku tidak membutuhkan ganjaran dari kalian berdua”. (Ahmad)
Meraih kemenangan melalui doa
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan sanad dari Ali bin Abi Talib Ahmad berkata: “Aku ingat ketika tidak ada orang selain kami yang tidak tidur, namun Rasulullah saw berada di bawah pohon berdoa dan menangis sampai waktu subuh, dan itu pada malam Badar .. Dan beliau banyak mengungkapkan kata-kata, Ya hayyu ya qayyum, dan itu diulang terus pada saat bersujud .. Nabi saw mengangkat tangannya dan berdoa kepada Tuhannya dengan berkata:
اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ.. اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي
“Ya Allah, jika Engkau hancurkan pasukan ini maka tidak ada lagi di muka bumi ini yang menyembah-Mu, ya Allah berikanlah apa yang telah engkau janjikan kepadaku, ya Allah kami memohon pertolongan-Mu…,
beliau terus mengangkat tangannya ke langit hingga jatuh jubahnya dari pundaknya, lalu Abu Bakar mengambilnya dan berkata dengan penuh kelembutan kepadanya: Ya Rasulullah, sebagian doamu kepada Tuhanmu, adalah bagi dari kemenagan yang telah dijanjikan.
Betapa besarnya pengaruh doa dari ahli ibadah kepada Allah, tidak hanya membawa stabilitas jamaah mu’minah dengan sekedar cinta pada kondisi tersebut atau semangat untuk mencari selamat, namun karena itu merupakan beban risalah yang benar pada seluruh alam semesta, maka hilanglah ketakutan dari kehancuran dan kebinasaannya, karena khawatir dunia ini menjadi tempat selain dari hidayah dan menara kebenaran… dan doa adalah inti dari ibadah, bahwa ia merupakan ibadah, dan Rasulullah saw sebagai pemimpin para ahli ibadah, dan tidak heran jika datang pertolongan Allah dengan begitu cepat dan langsung
. إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنْ الْمَلائِكَةِ مُرْدِفِينَ
“ (ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut”. (Al-ANfal:9)
Maka malaikatpun dilangit menerima dengan berturut-turut, berturut-turut turun kemuka bumi untuk memberikan pertolongan kepada umat Islam.. dan malaikat ikut berperang bersama umat Islam pada saat perang badar, sebagaimana yang diriwayatkan secara mutawatir dalam berbagai riwayat.
Rindu pada surga
Rindu pada surgalah yang menggerakkan mereka, dan mereka telah mengetahui nilainya, bahwa surga merupakan perbendaharaan Allah yang sangat berharga, maka dari itu ketika nabi memobilisasi sahabatnya berperang, beliau berkata:
والذي نفسي بيده، لا يقاتلهم اليوم رجل، فيقتل صابرًا محتسبًا مقبلا غير مدبر؛ إلا أدخله الله الجنة، وكان عمير بن الحمام يستمع وفي يده تمرات يأكلهن، فقال: بخٍ بخٍ، أفما بيني وبين أن أدخل الجنة إلا أن يقتلني هؤلاء؟ لئن أنا حييت حتى آكل تمراتي هذه إنها حياة طويلة، ثم رمى بهن، ومضى يقاتل حتى استشهد رضي الله عنه
“Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, tidaklah seseorang diantara kalian berperang pada hari ini, berperang dengan penuh kesabaran dan berharap pahala tidak melakukan tipu daya dan rekayasa; kecuali Allah akan memasukkannya kedalam surga. Dan pada saat itu Umair bin Al-Hammam mendengar dan ditangannya ada beberapa kurma yang siap dimakan. Lalu dia berkata: Bakh..Bakh.. apakah ada diantaraku dan diantara aku masuk surge kecuali mereka membunuhku? Sekiranya aku hidup sampai aku buah kurma ini, sungguh ini adalah kehidupan yang panjang, kemudian dia melemparkan kurma tersebut, lalu berjalan dan berperang sampai dirinya syahid.
Ukhuwah Imaniyah
Para ahlu badar memerdekakan diri mereka untuk berwala kepada Allah, menghadirkan ukhuwah imaniyah dan mengesampingkan yang lainnya, dan mereka meyakini bahwa kesatuan barisan menjadi sebab kemenangan mereka, suatu ketika Mush’ab bin Umair melewati salah sorang sahabat yang sedang ditawan oleh saudaranya yang musyrik Aziz bin Umair, lalu Mush’ab berkata kepada sahabatnya: tanganmu diikat dengannya, karena ibunya memiliki perhiasan –maksudnya harta dan kekayaan- mudah-mudahan dapat dijadikan tebusan darimu, maka orang tersebut –saudaranya yang tertawan- menoleh kepadanya lalu berkata kepadanya: Wahai saudaraku ini adalah wasiatmu kepadaku, maka mush’ab menjawab: sesungguhnya dia adalah saudaraku selainmu!!
Ini adalah saudara dalam iman yang menyeru kepada kita di seluruh Negara Islam yang teraniaya, kita saksikan mereka di Palestina, Irak, Somalia, Afghanistan dan lain-lainnya, diperebutkan oleh musuh dan diserahkan oleh temannya sendiri, Mungkinkah kita menjadi pasukan badar yang mampu memperlihatkan dirinya dihadapan Allah dari jiwa kita kebaikan untuk menyelamatkan dan menolong mereka??
Peringatan dari semangat berebut Anfal
Al-Qur’an yang mulia tidak mengkususkan satu surat dengan nama perang Badar –sebagaimana yang terdapat dalam perang Ahzab dan Fath contohnya, namun datang surat tersebut dengan nama Al-Anfal… disini ada sisi penting yang perlu kita sikapi, dalam surat tersebut datang peringatan ilahi kepada pelaku Badar karena perselisihan mereka tentang distribusi harta rampasan perang –Al-Anfal – dengan teguran yang lembut dan tegas secara bersamaan, dan nama suratnya juga demikian untuk memperpanjang perenungan tentang teguran yang ada dibaliknya ..
Walaupun perselisihan mereka dalam perkara yang tidak ada nashnya dari Allah dan Rasul-Nya, namun ketikaAl-Quran turun dengan menjelaskan pembagian harta rampasan perang perselisihanpun selesai, dan mereka berkata: Kami dengar dan kami taati .. bahkan diantara mereka banyak yang mundur dari menuntut hak mereka setelah mereka puas terhadap apa yang ada ditangan orang lain.
Hakikatnya bahwa cara Al-Quran menyelesaikan masalah sangatlah unik; karena bentuk perselisihannya disebutkan di permulaan surat Al-Anfal:
يَسْأَلُونَكَ عَنْ الأَنْفَالِ قُلْ الأَنْفَالُ لِلَّهِ وَالرَّسُولِ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: “Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.”(Al-Anfal:1)
Namun solusi dari perselisihan tersebut disebutkan setelah 40 ayat surat ini ..
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ إِنْ كُنتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ وَمَا أَنزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Al-Anfal:41)
Empat puluh ayat ini menceritakan fakta-fakta pertempuran dan terfokus pada pembangunan aqidah umat, dan penyebutan tentang perselisihan hanya dalam satu ayat, karena perselisihan tentang urusan diri tidak cukup dengan syariat yang panjang namun melalui pengobatan jiwa manusia itu sendiri dan meluruskan penyimpangan darinya sehingga menjadi lurus kembali sesuai yang diinginkan Allah SWT bagi orang-orang beriman ..dan apa yang menjadi ayat dari bertaqwa kepada Allah, memperbaiki hubungan dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan sarana yang dapat membantu kemenangan yang harus tetap menyatu dan terarah guna memperkokoh pondasi-pondasinya, adapun perselisihan hati orang-orang beriman merupakan awal dari kehinaan yang tidak akan berakhir kecuali menjadi sebuah kehancuran sebab-sebab kekuatan dan keselamatan dalam tubuh umat secara keseluruhan.
Terjadi perselisihan dalam tubuh pasukan Badar tentang harta rampasan perang dari orang-orang kafir, adapun kita saat ini menjadi harta rampasan dan tawanan musuh-musuh umat!!
Semoga Allah memperbaiki kondisi kita pada bulan yang mulia ini, dan semoga Allah memberikan ganjaran kepada pasukan badar Islam dan umat Islam dengan kebaikan yang berlimpah, dan semoga kita dianugrahkan rezki karena mencintai dan mengikuti jejak langkah mereka..
Mereka adalah para sesepuh saya maka hadirkanlah seperti mereka # jika engkau menyatukan kami wahai pemersatu yang agung
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأُوْلِي الأَلْبَابِ
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”. (Yusuf:111)
Dan Allah yang berfirman pasti benar, dan Dialah yang memberikan petunjuk pada jalan yang lurus.
Shalawat dan salam serta keberkahan atas nabi kita Muhammad saw, beserta keluarga dan para sahabat semua.
Kairo: 16 Ramadhan 1431 H, / 26 Agustus 2010

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...